Rabu, 07 Januari 2015

Beginilah Cinta

Assalamu'alaikuum...
Ini cerpen kedua yang dibuat setelah "Kisah Dua Sahabat"
Maaf, kalau kurang bikin greget..
Silahkan membaca... ^_^//


                Aaaah, sambil menghirup udara segar Fariza menghela nafasnya. inilah hari pertamaku menjadi anak Univeritas, Universitas  adalah masa-masa yang paling menyenangkan dalam kehidupan manusia setelah masa Kana-kanak. Ibuku selalu menceritakanku tentang masa-masa indahnya pada saat duduk di bangku kuliah yang sangat menyenangkan, memiliki sahabat yang sangat setia, selalu menghibur, dan juga soal jatuh cinta. Jujur saja, aku sama sekali belum pernah mengalami yang namanya jatuh cinta, kata ibu jatuh cinta itu sangat menyenangkan dan juga menyakitkan. Aku dibuat bingung oleh ucapan ibuku sendiri,  menyenangkan tapi juga menyakitkan? Hmm, ucapan ibu membuatku penasaran. Aah sudahlah, yang terpenting sekarang adalah, aku sudah menjadi anak dewasa dan aku harus bisa meraih impianku untuk menjadi Photografer terkenal, aku tidak mau memikirkan tentang jatuh cinta, karena menurutku itu hanya membuang-buang waktuku yang berharga.
                Setelah sampai dikelas, Fariza duduk dikursi yang paling depan, tepat sekali didepan dosen, Fariza adalah anak yang sangat cerdas, piagam dan beberapa piala dikamarnya adalah bukti kecerdasannya, beberapa kali ia mengikuti berbagai lomba seperti lomba Matematika tingkat kota, lomba menyanyi tingkat kabupaten, lomba siswa teladan tingkat kota, lomba bahasa asing tingkat kota, lomba pemotretan tingkat nasional, dan ia selalu menjadi juara kelas sejak ia duduk di bangku SMP. Tapi tu sama sekali tidak membuatnya sombong, ia adalah sosok yang sangat disenangi teman-temannya, ia selalu dijadikan sebagai tempat curhat teman-temannya, mulai dari masalah pertemanan, keluarga, bahkan cinta. Dan Fariza paling bingung ketika mendengar temannya yang menangis karena orang yang dicintainya sama sekali tidak melihatnya. Jelas saja Fariza bingung, dari awal Fariza memang tidak pernah jatuh cinta dan ia hanya memberikan solusi sebisa dan sepengetahuannya saja.
                “Fariza, makan dikantin yuu !” ajak teman barunya kirana. “ayuu, aku juga laper nih” sambil membawa kamera kesayangannya Farizapun pergi bersama Kirana, dan pada saat mengantri untuk mengambil makanan, tiba-tiba bruuug! “aaaww’’ teriak Fariza dan teman-temannya “aduuh maaf-maaf gua bener-bener ga sengaja, sini gua bersihin” Fariza tampak bingung, siapa dia?  Kenapa teman-teman ikut teriak? Apakah dia menabrak teman-temanku juga? Tapi kenapa pipi teman-temanku memerah semua? “Kamu siapa? “ Tanya Fariza, sambil mengulurkan tangannya “oh, kenalin  gua Fahrizal, gua anak  Photografer 2, salam kenal” Fariza hanya diam dan Kirana berbisik “Fariza, itu kan cowo paling keren disekolah kita Fariza, jarang-jarang dia ngajak kenalan, kamu beruntung banget” “aah, masa sih ?” “ekhm,,,” Fahrizal memotong pembicaraan Fariza dan Kirana “oh, iya aku Fariza, aku kelas Photografer 1, salam kenal. “ “em, maaf yah, gara-gara gua baju lu jadi kotor” Fariza hanya bisa mengangguk “Eh, gue duluan yah? Udah ditunggu teman. Bye ! “ Fariza, fariza, farizaa, kamu kenapa? Farizaaaa” teriak kirana “ah, engga ko gapapa, ayuu”
                Kenapa aku kefikrian dia terus? Ini apa? Fariza sangat bingung dengan keadaan hatinya saat ini, tapi Fariza tidak terlalu memikirkan. Ia hanya focus dengan objek yang akan difotonya disebuah taman di komplek rumahnya sambil memotret lagi-lagi, Bruuuug! “aduuh” hal yang sama terulang lagi, baju Fariza kotor karena noda ice krim, dan ketika Fariza mengangkat badannya ternyata “Maaf yah, gua bersihin yah ? “  dan seperti biasa, Fariza hanya bisa diam dan kali ini dia tersenyum “eh, lu Fariza kan? Yang kemarin dikantin? lu lagi ngapain disini? lu suka banget foto-foto? “ Fariza hanya diam,tersenyum, dan mengangguk “hey, ko diem aja sih, lu marah sama gue? Maaf deh, soalnya ini kebetulan banget, masa setiap ketemu selalu bertabrakan dan akhirnya baju lu kotor gara-gara gue. Fariza, Fariza…” “ah, emm iya ga apa-apa, ini juga salah aku ko, aku terlalu asyik memotret tanpa memperhatikan orang disekitar. Sampe-sampe nabrak kamu, maaf yh? “ Fariza berbicara dan tersipu malu “Emm, ini bukan salah lu ko, eh coba gua liat gambarnya” sambil mengambil kamera kesayangan Fariza dan “ Ah, foto-foto lu amatir, apaan nih, semut aja di foto” karena kesal, fariza mengambil kameranya dari tangan fahrizal “Emang kenapa kalo aku memotrot semut, semut itu kan binatang yang hebat. Walaupun kecil, tapi ia bisa mengangkat beban yang berat dan tetap bekerja sama” sambil tertawa, fahrizalpun membalas ucapan fariza “Alah, itu sih lunya aja yang berlebihan, lu tuh harus banyak-banyak belajar” dengan emosi yang meningkat Fariza hanya bisa berkata “Kamu ko menghina ciptaan Alloh sih? Kamu kalau ga suka sama aku ya bilang, ga usah menghina-hina begini. Cukup kenal sama kamu, aku fikir kamu itu baik seperti yang dibilang teman-teman aku, tapi ternyata. “ “yee, suruh siapa lu percaya?” Fariza pun pergi dari taman, fariza sangat tidak menyangka ternyata pria yang banyak disukai oleh teman-temannya memiliki sifat yang buruk “uuuh, dia itu kenapa sih? padahal baru dua kali ketemu, tapi udah berani ngomong kaya gitu, maksudnya apa sih? Jangan sampe bisa ketemu dia lagi. jangan sampai aku jatuh cinta dengan pria sepert dia, lebih baik aku focus pada sekolahku untuk menggapai cita-citaku.”
                Anak-anak, sekarang kalian akan dapat teman baru, dia sebenarnya dari sekolah ini, dia hanya berpindah kelas saja, karena prestasinya yang bagus, dia ditempatkan dikelas ini. Fariza dan teman-temannya bertanya-tanya, siapakah dia?. “Fahrizal, silahkan masuk” ucap bu Guru mempersilahkan masuk. Teman-teman Fariza hanya bisa berteriak senang karena orang yang mereka sukai sekarang satu kelas dengannya “Saya Fahrizal Raihan, saya tinggal diperumahan ciputra, umur saya 19 tahun, salam kenal “ Fahrizal si pria popular pun memperknalkan dirinya.  “kamu boleh duduk dikursi yang kosong itu” ucap bu Rina. teman-teman fariza hanya bisa berteriak, tapi tidak dengan fariza yang justru sangat membencinya, kenapa dia bisa dikelas ini? Padahal aku sudah bertekad tidak ingin bertemu dengannya lagi “Eh, cewe amatir, kita akhirnya satu kelas juga yah?” tiba-tiba Fahrizal berbisik pada Fariza “Gue bakal ngalahin lu, siap-siap menghadapi tantangan dari gue” Fariza hanya bisa diam dan pastinya sangat terkejut. Hari demi hari berlalu, minggu dan bulan pun berlalu, Fariza dan Fahrizal selalu berlomba hanya untuk menentukan siapa yang akan bisa menang, tentu saja Fariza selalu berusaha dan melakukannya dengan baik. Karena tujuannya sekolah disini adalah untuk meraih mimpinya menjadi photographer terkenal, dan tentu saja pemenangnya adalah Fariza. Hingga pada saat kelulusannya, Fahrizal mengajak Fariza bertanding memotret, Fariza sangat terkejut, bahkan pada saat terakhir pun dia tetap mengajakku bertandng, ucap Fariza dalam hati. “kenpa? Kaget yah? Kali ini pasti gue pemenangnya” ucap fahrizal sangat sombong “coba saja buktikan, aku tidak takut” fariza menyetujui pertandingan itu. 
                Setelah sampai ditaman, banyak orang yang menyaksikan lomba itu, dan terlihat dua dewan juri yang akan menilai hasil potretannya, dan setelah melakukan pertandingan. Fahrizal menarik tangan Fariza dan “Aku sayang kamu” lagi dan lagi, Fariza hanya bisa diam sambil melihat mata indah milik Fahrizal, dunia seperti berhenti, musuhnya selama ini ternyata memendam rasa padanya, bibir merah dan pipi yang memerah sangat jelas terlihat diwajah Fariza yang imut, dengan lembut Fahrizal membalikkan tubuh fariza dan ternyata fahrizal sudah merencanakan ini semua, terlihat banyak foto Fariza yang terpajang ditali yang menggantung disekeliling mereka berdua, begitu juga hiasan lainnya. Tanpa disadari, air matapun jatuh dipipi merah Fariza “kamu kenapa fariza? Kamu ga suka ya? Maafin aku yah? Aduuuh kalo begini jadinya, aku ga usah bikin beginian “ sambil mengusap air matanya fariza berkata “Tidak, ini indah, ini sangat indah, kenapa? Kenapa bisa seperti ini? Bisakah kamu jelaskan?” sambil tersipu malu, fahrizal menjelaskan semuanya “Em, sebenarnya aku sudah suka kamu sejak awal kita masuk, aku sangat bahagia ketika bisa mengetahui namamu, aku sangat malu ketika aku menabrakmu dan mengotori bajumu, aku kira kamu akan marah”
Dengan cepat fariza memotong perkataan fahrizal “tapi kenapa pada saat ditaman kamu begitu? Kamu menghina hasil potretanku, dan sikapmu selama ini sama sekali tidak menunjukkan kalau kamu suka denganku, jujur saja, aku sangat bingung dengan perasaanku pada saat itu, belum pernah aku merasakan perasaan aneh ini, aku sangat bingung, ditambah lagi dengan sikap kamu yang acuh dan selalu mengajakku bertanding, dan semua foto ini, kapan kamu memotretku? ”  Fariza hanya bisa menutup wajahnya dan menangis “Aku diam-diam memotretmu, karena hanya dengan beginilah aku bisa melihat wajahmu. aku sengaja seperti itu, aku begitu karena ingin memberikan kesan dan aku ingin selalu berada disampingmu, aku fikir inilah cara yang tepat dan dengan selalu mengajakmu bertanding juga bisa meningkatkan prestasiku, dari awal aku sudah yakin kalau aku tidak bisa mengalahkanmu, karena kamu adalah nomor satu dan juga selalu menjadi nomor satu dihatiku, jujur saja kalau aku sedikit iri dengan kecerdasanmu, oleh sebab itulah aku selalu belajar keras agar bisa sepertimu, kamu adalah inspirasiku, kamu cahaya dalam hatiku, kamulah cintaku, aku sangat sedih ketika kamu marah karena ucapanku yang menyakiti hatimu, rasanya ingin sekali mengatakan yang sebenarnya. Tapi aku harus menahannya sampai kelulusan nanti, dan inilah saatnya. Fariza, aku sangat mencintaimu, aku ingin menjadi imam dan membimbingmu, maukah kamu menikah denganku, aku butuh jawaban kamu sekarang juga, jika kamu bilang iya. Aku akan mendatangi ayahmu dan melamarmu. Aku serius Far, aku tidak pernah pacran, aku tidak meroko, aku juga sudah bekerja di salah satu  perusahaan di Jakarta, aku tidak bisa memberimu apapun, tapi aku akan berusaha melakukan yang terbaik untukmu dan juga anak kita nanti” Fariza sungguh dibuat bingung sekaligus terkejut dengan semua penjelasan yang diberikan , dengan senyum manisnya dan mata yang berlinang dengan air mata, fariza menjawab pertanyaan fahrizal “ apa ini semua? Ini bagaikan mimpi, aku tidak tahu harus apa? Satu hal yang harus kamu tau, aku selalu mengagumimu, kamu selalu bersemangat dengan keceriaanmu, yaa aku mau menikah denganmu.”
                Awan putih yang bergerak, sinar mentari yang menyinari. Sosok itu masih ada, dan akan selalu ada, bunga yang bermekaran, sejuknya hembusan angin, tapi tiba-tiba Bruuug ! kali ini Fariza tidak mengaduh kesakitan, kali ini ia tersenyum dan memotret sosok yang ada di hadapannya. Ya, dia adalah Fahrizal, sosok yang selalu dia harapkan, mereka kini telah memiliki anak kembar dan mereka hidup bahagia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar