Ini cerpen kedua yang dibuat setelah "Kisah Dua Sahabat"
Maaf, kalau kurang bikin greget..
Silahkan membaca... ^_^//
Aaaah, sambil menghirup udara segar Fariza menghela nafasnya. inilah
hari pertamaku menjadi anak Univeritas, Universitas adalah masa-masa yang paling menyenangkan
dalam kehidupan manusia setelah masa Kana-kanak. Ibuku selalu menceritakanku
tentang masa-masa indahnya pada saat duduk di bangku kuliah yang sangat
menyenangkan, memiliki sahabat yang sangat setia, selalu menghibur, dan juga
soal jatuh cinta. Jujur saja, aku sama sekali belum pernah mengalami yang
namanya jatuh cinta, kata ibu jatuh cinta itu sangat menyenangkan dan juga
menyakitkan. Aku dibuat bingung oleh ucapan ibuku sendiri, menyenangkan tapi juga menyakitkan? Hmm,
ucapan ibu membuatku penasaran. Aah sudahlah, yang terpenting sekarang adalah,
aku sudah menjadi anak dewasa dan aku harus bisa meraih impianku untuk menjadi
Photografer terkenal, aku tidak mau memikirkan tentang jatuh cinta, karena
menurutku itu hanya membuang-buang waktuku yang berharga.
Setelah sampai
dikelas, Fariza duduk dikursi yang paling depan, tepat sekali didepan dosen,
Fariza adalah anak yang sangat cerdas, piagam dan beberapa piala dikamarnya
adalah bukti kecerdasannya, beberapa kali ia mengikuti berbagai lomba seperti
lomba Matematika tingkat kota, lomba menyanyi tingkat kabupaten, lomba siswa
teladan tingkat kota, lomba bahasa asing tingkat kota, lomba pemotretan tingkat
nasional, dan ia selalu menjadi juara kelas sejak ia duduk di bangku SMP. Tapi
tu sama sekali tidak membuatnya sombong, ia adalah sosok yang sangat disenangi
teman-temannya, ia selalu dijadikan sebagai tempat curhat teman-temannya, mulai
dari masalah pertemanan, keluarga, bahkan cinta. Dan Fariza paling bingung
ketika mendengar temannya yang menangis karena orang yang dicintainya sama
sekali tidak melihatnya. Jelas saja Fariza bingung, dari awal Fariza memang
tidak pernah jatuh cinta dan ia hanya memberikan solusi sebisa dan
sepengetahuannya saja.
“Fariza, makan
dikantin yuu !” ajak teman barunya kirana. “ayuu, aku juga laper nih” sambil
membawa kamera kesayangannya Farizapun pergi bersama Kirana, dan pada saat
mengantri untuk mengambil makanan, tiba-tiba bruuug! “aaaww’’ teriak Fariza dan
teman-temannya “aduuh maaf-maaf gua bener-bener ga sengaja, sini gua bersihin”
Fariza tampak bingung, siapa dia? Kenapa
teman-teman ikut teriak? Apakah dia menabrak teman-temanku juga? Tapi kenapa
pipi teman-temanku memerah semua? “Kamu siapa? “ Tanya Fariza, sambil
mengulurkan tangannya “oh, kenalin gua
Fahrizal, gua anak Photografer 2, salam
kenal” Fariza hanya diam dan Kirana berbisik “Fariza, itu kan cowo paling keren
disekolah kita Fariza, jarang-jarang dia ngajak kenalan, kamu beruntung banget”
“aah, masa sih ?” “ekhm,,,” Fahrizal memotong pembicaraan Fariza dan Kirana “oh,
iya aku Fariza, aku kelas Photografer 1, salam kenal. “ “em, maaf yah,
gara-gara gua baju lu jadi kotor” Fariza hanya bisa mengangguk “Eh, gue duluan
yah? Udah ditunggu teman. Bye ! “ Fariza, fariza, farizaa, kamu kenapa? Farizaaaa”
teriak kirana “ah, engga ko gapapa, ayuu”
Kenapa aku
kefikrian dia terus? Ini apa? Fariza sangat bingung dengan keadaan hatinya saat
ini, tapi Fariza tidak terlalu memikirkan. Ia hanya focus dengan objek yang
akan difotonya disebuah taman di komplek rumahnya sambil memotret lagi-lagi,
Bruuuug! “aduuh” hal yang sama terulang lagi, baju Fariza kotor karena noda ice
krim, dan ketika Fariza mengangkat badannya ternyata “Maaf yah, gua bersihin
yah ? “ dan seperti biasa, Fariza hanya
bisa diam dan kali ini dia tersenyum “eh, lu Fariza kan? Yang kemarin dikantin?
lu lagi ngapain disini? lu suka banget foto-foto? “ Fariza hanya
diam,tersenyum, dan mengangguk “hey, ko diem aja sih, lu marah sama gue? Maaf
deh, soalnya ini kebetulan banget, masa setiap ketemu selalu bertabrakan dan
akhirnya baju lu kotor gara-gara gue. Fariza, Fariza…” “ah, emm iya ga apa-apa,
ini juga salah aku ko, aku terlalu asyik memotret tanpa memperhatikan orang
disekitar. Sampe-sampe nabrak kamu, maaf yh? “ Fariza berbicara dan tersipu
malu “Emm, ini bukan salah lu ko, eh coba gua liat gambarnya” sambil mengambil
kamera kesayangan Fariza dan “ Ah, foto-foto lu amatir, apaan nih, semut aja di
foto” karena kesal, fariza mengambil kameranya dari tangan fahrizal “Emang
kenapa kalo aku memotrot semut, semut itu kan binatang yang hebat. Walaupun
kecil, tapi ia bisa mengangkat beban yang berat dan tetap bekerja sama” sambil
tertawa, fahrizalpun membalas ucapan fariza “Alah, itu sih lunya aja yang
berlebihan, lu tuh harus banyak-banyak belajar” dengan emosi yang meningkat
Fariza hanya bisa berkata “Kamu ko menghina ciptaan Alloh sih? Kamu kalau ga
suka sama aku ya bilang, ga usah menghina-hina begini. Cukup kenal sama kamu,
aku fikir kamu itu baik seperti yang dibilang teman-teman aku, tapi ternyata. “
“yee, suruh siapa lu percaya?” Fariza pun pergi dari taman, fariza sangat tidak
menyangka ternyata pria yang banyak disukai oleh teman-temannya memiliki sifat
yang buruk “uuuh, dia itu kenapa sih? padahal baru dua kali ketemu, tapi udah
berani ngomong kaya gitu, maksudnya apa sih? Jangan sampe bisa ketemu dia lagi.
jangan sampai aku jatuh cinta dengan pria sepert dia, lebih baik aku focus pada
sekolahku untuk menggapai cita-citaku.”
Anak-anak,
sekarang kalian akan dapat teman baru, dia sebenarnya dari sekolah ini, dia
hanya berpindah kelas saja, karena prestasinya yang bagus, dia ditempatkan dikelas
ini. Fariza dan teman-temannya bertanya-tanya, siapakah dia?. “Fahrizal,
silahkan masuk” ucap bu Guru mempersilahkan masuk. Teman-teman Fariza hanya
bisa berteriak senang karena orang yang mereka sukai sekarang satu kelas
dengannya “Saya Fahrizal Raihan, saya tinggal diperumahan ciputra, umur saya 19
tahun, salam kenal “ Fahrizal si pria popular pun memperknalkan dirinya. “kamu boleh duduk dikursi yang kosong itu”
ucap bu Rina. teman-teman fariza hanya bisa berteriak, tapi tidak dengan fariza
yang justru sangat membencinya, kenapa dia bisa dikelas ini? Padahal aku sudah
bertekad tidak ingin bertemu dengannya lagi “Eh, cewe amatir, kita akhirnya
satu kelas juga yah?” tiba-tiba Fahrizal berbisik pada Fariza “Gue bakal
ngalahin lu, siap-siap menghadapi tantangan dari gue” Fariza hanya bisa diam
dan pastinya sangat terkejut. Hari demi hari berlalu, minggu dan bulan pun
berlalu, Fariza dan Fahrizal selalu berlomba hanya untuk menentukan siapa yang
akan bisa menang, tentu saja Fariza selalu berusaha dan melakukannya dengan
baik. Karena tujuannya sekolah disini adalah untuk meraih mimpinya menjadi photographer
terkenal, dan tentu saja pemenangnya adalah Fariza. Hingga pada saat
kelulusannya, Fahrizal mengajak Fariza bertanding memotret, Fariza sangat terkejut,
bahkan pada saat terakhir pun dia tetap mengajakku bertandng, ucap Fariza dalam
hati. “kenpa? Kaget yah? Kali ini pasti gue pemenangnya” ucap fahrizal sangat
sombong “coba saja buktikan, aku tidak takut” fariza menyetujui pertandingan itu.
Setelah sampai
ditaman, banyak orang yang menyaksikan lomba itu, dan terlihat dua dewan juri
yang akan menilai hasil potretannya, dan setelah melakukan pertandingan. Fahrizal
menarik tangan Fariza dan “Aku sayang kamu” lagi dan lagi, Fariza hanya bisa
diam sambil melihat mata indah milik Fahrizal, dunia seperti berhenti, musuhnya
selama ini ternyata memendam rasa padanya, bibir merah dan pipi yang memerah
sangat jelas terlihat diwajah Fariza yang imut, dengan lembut Fahrizal
membalikkan tubuh fariza dan ternyata fahrizal sudah merencanakan ini semua,
terlihat banyak foto Fariza yang terpajang ditali yang menggantung disekeliling
mereka berdua, begitu juga hiasan lainnya. Tanpa disadari, air matapun jatuh
dipipi merah Fariza “kamu kenapa fariza? Kamu ga suka ya? Maafin aku yah? Aduuuh
kalo begini jadinya, aku ga usah bikin beginian “ sambil mengusap air matanya fariza
berkata “Tidak, ini indah, ini sangat indah, kenapa? Kenapa bisa seperti ini? Bisakah
kamu jelaskan?” sambil tersipu malu, fahrizal menjelaskan semuanya “Em,
sebenarnya aku sudah suka kamu sejak awal kita masuk, aku sangat bahagia ketika
bisa mengetahui namamu, aku sangat malu ketika aku menabrakmu dan mengotori
bajumu, aku kira kamu akan marah”
Dengan cepat fariza memotong perkataan fahrizal “tapi
kenapa pada saat ditaman kamu begitu? Kamu menghina hasil potretanku, dan
sikapmu selama ini sama sekali tidak menunjukkan kalau kamu suka denganku,
jujur saja, aku sangat bingung dengan perasaanku pada saat itu, belum pernah
aku merasakan perasaan aneh ini, aku sangat bingung, ditambah lagi dengan sikap
kamu yang acuh dan selalu mengajakku bertanding, dan semua foto ini, kapan kamu
memotretku? ” Fariza hanya bisa menutup
wajahnya dan menangis “Aku diam-diam memotretmu, karena hanya dengan beginilah
aku bisa melihat wajahmu. aku sengaja seperti itu, aku begitu karena ingin
memberikan kesan dan aku ingin selalu berada disampingmu, aku fikir inilah cara
yang tepat dan dengan selalu mengajakmu bertanding juga bisa meningkatkan
prestasiku, dari awal aku sudah yakin kalau aku tidak bisa mengalahkanmu,
karena kamu adalah nomor satu dan juga selalu menjadi nomor satu dihatiku,
jujur saja kalau aku sedikit iri dengan kecerdasanmu, oleh sebab itulah aku selalu
belajar keras agar bisa sepertimu, kamu adalah inspirasiku, kamu cahaya dalam
hatiku, kamulah cintaku, aku sangat sedih ketika kamu marah karena ucapanku
yang menyakiti hatimu, rasanya ingin sekali mengatakan yang sebenarnya. Tapi
aku harus menahannya sampai kelulusan nanti, dan inilah saatnya. Fariza, aku
sangat mencintaimu, aku ingin menjadi imam dan membimbingmu, maukah kamu
menikah denganku, aku butuh jawaban kamu sekarang juga, jika kamu bilang iya. Aku
akan mendatangi ayahmu dan melamarmu. Aku serius Far, aku tidak pernah pacran,
aku tidak meroko, aku juga sudah bekerja di salah satu perusahaan di Jakarta, aku tidak bisa
memberimu apapun, tapi aku akan berusaha melakukan yang terbaik untukmu dan
juga anak kita nanti” Fariza sungguh dibuat bingung sekaligus terkejut dengan
semua penjelasan yang diberikan , dengan senyum manisnya dan mata yang
berlinang dengan air mata, fariza menjawab pertanyaan fahrizal “ apa ini semua?
Ini bagaikan mimpi, aku tidak tahu harus apa? Satu hal yang harus kamu tau, aku
selalu mengagumimu, kamu selalu bersemangat dengan keceriaanmu, yaa aku mau
menikah denganmu.”
Awan
putih yang bergerak, sinar mentari yang menyinari. Sosok itu masih ada, dan
akan selalu ada, bunga yang bermekaran, sejuknya hembusan angin, tapi tiba-tiba
Bruuug ! kali ini Fariza tidak mengaduh kesakitan, kali ini ia tersenyum dan
memotret sosok yang ada di hadapannya. Ya, dia adalah Fahrizal, sosok yang
selalu dia harapkan, mereka kini telah memiliki anak kembar dan mereka hidup
bahagia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar